Home » Epilepsi, Kejang atau Kesurupan?
epilepsy-holding-hand

Epilepsi, Kejang atau Kesurupan?

Pernahkah Anda melihat seseorang tiba-tiba mengatakan bahwa ia mendengar suara atau melihat suatu bayangan yang sebenarnya adalah halusinasi? Kemudian disusul dengan penurunan kesadaran, bola mata berputar ke atas, lalu kemudian dia mengalami kejang? Jangan buru-buru berpikir bahwa orang tersebut kesurupan lalu Anda melarikan diri menjauhinya. Justru Anda harus menemaninya hingga sadar kembali.

Pernahkah Anda melihat seseorang tiba-tiba mengatakan bahwa ia mendengar suara atau melihat suatu bayangan yang sebenarnya adalah halusinasi? Kemudian disusul dengan penurunan kesadaran, bola mata berputar ke atas, lalu kemudian dia mengalami kejang? Jangan buru-buru berpikir bahwa orang tersebut kesurupan lalu Anda melarikan diri menjauhinya karena ketakutan. Justru Anda harus menemaninya hingga sadar kembali.

Pengertian Epilepsi

Epilepsi merupakan satu penyakit dimana terjadi gangguan pada sistim saraf pusat. Yaitu terjadinya pelepasan muatan energi secara berlebihan dan berkala yang berasal dari kelompok sel otak. Saat terjadi loncatan muatan energi yang berlebih ini, terjadilah kejang. Durasi kejang ini biasanya kurang dari 30 menit.

Tanda-tanda sebelum kejang bisa diketahui si pasien (selanjutnya kita sebut dengan ODE = Orang Dengan Epilepsi), yang disebut dengan aura. Aura ini sendiri merupakan serangan parsial sederhana pendahuluan (seizure prelude), muncul cukup dekat jarak waktunya dengan kejang. Yakni dalam hitungan detik. Bila waktu masih cukup saat ODE merasakan aura, maka ODE akan segera memposisikan dirinya agar aman sebelum mengalami fase kejang yang disertai dengan penurunan kesadaran tersebut.

Penyebab Epilepsi

Mekanisme terjadinya kejang pada ODE telah dijelaskan diatas. Tetapi yang dapat membuat seseorang di diagnosa dengan epilepsi adalah sebagai berikut:

  • Cedera kepala
  • AVM (arteriovenous malformation – malformasi pembuluh darah arteri atau vena)
  • Neurofibromatosis
  • Infeksi selaput otak (meningitis)
  • HIV/AIDS
  • Cerebral Palsy
  • Down syndrome

Kondisi yang mendukung meningkatnya resiko terkena epilepsi, yaitu:

  • Lahir dengan kondisi kurangnya oksigen
  • Lahir sebelum waktu (premature)
  • Lahir dengan adanya kelainan pada otak
  • Adanya infeksi pada selaput otak (meningitis), ensefalitis, infeksi pada ibu hamil yang bisa berpengaruh kepada janin sehingga janin mengalami kerusakan pada otak

Pengobatan Epilepsi

Penanganan pada kejang akibat epilepsi maupun kejang oleh penyebab lain, secara umum adalah anti kejang. Tetapi untuk ODE ada pemberian obat khusus epilepsi. Selain pemberian obat, bila tidak memberikan dampak yang diharapkan maka akan dilakukan tindakan pembedahan.

Pengaturan diet (pola makan) rendah karbohidrat tinggi lemak bertujuan untuk membantu pengontrolan kejang. Selain itu, pemberian stimulasi pada saraf menggunakan listrik diharapkan juga dapat membantu pengontrolan terhadap kejang.

Pencegahan Epilepsi

Pencegahan terhadap serangan epilepsi yang berupa kejang tergantung dari penyebabnya. Ada yang karena kecapekan, terlambat makan, mengalami stimulasi cahaya yang berkedip-kedip, stimulasi suara yang keras dan lain-lain.

Penyebab Kejang

Seperti disampaikan sebelumnya, bahwa kejang merupakan gejala dari penyakit epilepsi. Berikut adalah penyakit/kondisi lain yang dapat sebabkan kejang, seperti:

  • Demam tinggi (kejang demam)
  • Kurang tidur
  • Eclampsia
  • Alzheimer
  • SLE, Kawasaki
  • Kadar gula darah yang rendah
  • Ketidakseimbangan elektrolit dimana kadar natrium rendah didalam darah
  • Infeksi (radang selaput otak, radang otak, abses di otak, TBC, HIV, malaria, syphilis)
  • Trauma pada otak
  • Alkohol
  • Narkoba
  • Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, cavernoma
  • Tumor pada otak

Klasifikasi Kejang

Kejang dapat dibagi menjadi:

1. Kejang Umum

Kejang umum, dimana pasien tidak sadarkan diri sejak awal hingga akhir serangan kejang. Terbagi atas 4, yaitu:

  • Absans, pasien seperti melamun tetapi sebenarnya kejang dan pasien sudah tak sadarkan diri
  • Atonik, pasien tidak sadar serta kejang, sesaat kemudian tubuhnya lunglai
  • Mioklonik, pasien tidak sadar, kejang berupa kedutan pada bagian otot tertentu saja
  • Tonik klonik, pasien tidak sadar, lengan dan tungkai mengalami kejang sedang tubuh sendiri kaku.
2. Kejang Fokal

Pasien sadar penuh tetapi bagian tubuh ada yang bergerak tak terkendali. Durasi juga cepat, kurang dari 2 menit.

Apa yang harus dilakukan bila melihat orang yang mengalami kejang?

Di saat kita berada dekat dengan orang yang mengalami kejang, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah:

  • JANGAN PANIK!
  • JANGAN berusaha memegang, menahan badan orang yang sedang mengalami kejang
  • JANGAN pindahkan pasien, KECUALI korban berada di posisi yang berbahaya
  • JANGAN memasukkan jari, sendok ataupun alat lain kedalam mulut yang sedang kejang
  • JANGAN oles sesuatu pada saat orang sedang mengalami kejang
  • JANGAN siram atau rendam orang yang sedang kejang demam dengan air dingin

Jadi apa yang bisa dilakukan?

Lakukanlah 3S

3s-safe

Stay: Beradalah di dekat pasien yang sedang alami kejang, jangan tinggalkan dirinya.

Safe: Amankan area sekeliling pasien yang mengalami kejang seperti kursi, meja, dan benda-benda lainnya yang dapat mencelakai pasien. Beri alas (dari kain atau bantal kecil) yang diletakkan pada kepala untuk hindari cedera

Side: Bila pasien sudah tidak kejang-kejang lagi, lakukan recovery position (posisi pemulihan), yaitu;

  • Letakkan tangan di sisi penolong ke samping, pastikan jalan nafas bersih dan luruskan  kepala serta leher.
  • Letakkan lengan lainnya disilangkan di leher dengan telapak tangan berada di pipi
  • Kaki pada sisi berlawanan dari penolong ditekuk setinggi 90°
  • Gulingkan ke arah penolong dengan lutut tertekuk naik, kepala disanggah oleh tangan

More Reading

Post navigation

Sign In

Register

Reset Password

Please enter your username or email address, you will receive a link to create a new password via email.